EKONOMI ISLAM SEBAGAI TATANAN PEREKONOMIAN BARU

From the desk of  Amhar Maulana Arifin,

Subj. Islamic economics as the new economics order.  

  banking

 

Akhir-akhir ini ekonomi Islam telah mengalami kebangkitan kembali setelah beberapa abad terabaikan. Tetapi kebangkitan ini masih dalam tahap penyempurnaan, sehingga dapat dikatakan bahwa ekonomi islam modern ini adalah ilmu baru walaupun sebenarnya ekonomi islam lahir ketika masa rasulullah saw. Jika dibandingkan dengan ekonomi konvensional, ekonomi islam benar-benar tergolong muda dalam perkembangannya, ekonomi konvensional telah tumbuh beberapa abad lamanya dengan baik dan canggih setelah melalui proses pembangunan yang panjang dan ketat. Oleh karena itu timbul pertanyaan, apakah kita butuh ekonomi islam jika seandainya ekonomi konvensional juga telah mampu menjawab beragam permasalahan perekonomian selama berabad-abad ini? Maka pada artikel ini akan dibahas mengapa ekonomi islam sangat penting untuk dikembangkan sebagai sebuah sistem ekonomi yang akan menggantikan sistem ekonomi konvensional.

Sebelum dibahas tentang pentingnya ekonomi islam sebagai tatanan perekonomian dunia yang baru, maka akan dibahas terlebih dahulu hal-hal penting dalam perekonomian dan juga kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh sistem ekonomi yang sekarang ini mendominasi dunia (kapitalis dan sosialis) dalam menyelesaikan permasalahan perekonomian.

Perlu diakui bahwa alam semesta ini memiliki batasan begitu juga tubuh dan fikiran manusia juga memiliki batasan-batasan. sebaliknya, kesejahteraan manusia adalah hal penting yang harus direalisasikan. Mengingat kebutuhan manusia yang begitu banyak sedangkan kemampuan manusia dan sumber daya alam yang terbatas tidak mampu mencukupi semua kebutuhan manusia yang begitu banyak. Hal ini mengakibatkan kesejahteraan keseluruhan masyarakat dunia tetap menjadi mimpi yang belum direalisasikan. Oleh karena itu, hal penting yang harus dilakukan oleh manusia adalah membangun strategi yang paling efektif demi standar hidup menjadi lebih meningkat. Maka dibutuhkan faham ekonomi yang sesuai dan benar, jika faham tersebut tidak benar akan mengakibatkan impian tersebut tidak dapat direalisasikan.

Faham konvensioanl berpandangan bahwa aspek materil pada manusia secara umum terpisah dengan aspek spiritual. mereka menganggap kesejahteraan dapat diperoleh dengan membiarkan manusia menjadi budak kepentingan (self-interest), karena jika self-interest tersebut menjadi insentif manusia untuk bertindak, kesejahteraan umat manusia pasti akan diperoleh. Faham ini benar-benar mengabaikan aspek relijius dengan memberikan kepercayaan sepenuhnya terhadap kemampuan manusia untuk menciptakan strategi terbaik demi meraih kesejahteraan.

Akibat dari faham yang salah tersebut, dunia telah mengalami sederet krisis ekonomi bahkan semenjak kemunculan teori ekonomi klasik. Setidaknya terjadi enam belas kali krisis perekonomian dunia yang dimulai dari kepanikan pada tahun 1797 hingga depresi ekonomi tahun 2008 yang tengah melanda dunia yang dampaknya saat ini masih terasa. Depresi tersebut disebabkan beberapa faktor diantaranya naiknya harga minyak yang menyebabkan naiknya harga makanan di seluruh dunia, krisis kredit dan bangkrutnya berbagai investor bank, meningkatnya pengangguran sehingga menyebabkan inflasi global. Bursa saham di beberapa negara terpaksa ditutup beberapa hari termasuk di Indonesia, harga-harga saham juga turut anjlok. Diperkirakan depresi ekonomi kali ini lebih parah dari depresi besar ekonomi 1929.

Sebaliknya, faham ekonomi islam adalah faham yang mengkombinasikan aspek materil dengan spiritual, spiritual ditempatkan di posisi teratas sebagai pemandu utama perekonomian. Al-Quran dan Sunnah sebagai pilar ekonomi islam. Walaupun demikian bukan berarti faham ekonomi islam mematikan peran akal sebagai pengambil keputusan, tetapi terdapat harmonisasi antara akal dengan dalil. Kebebasan manusia untuk memenuhi self-interest masing-masing diatur oleh Al-quran dan Sunnah juga dengan kemampuan manusia dalam menginterpretasi dalil baik kauniyah maupun qauliyah.

Salah satu perbedaan antara ekonomi islam dengan faham ekonomi konvensional adalah keberadaan nilai moral. Jika dalam sistem ekonomi konvensional mengatakan bahwa kebiasaan dan keinginan setiap individu adalah bawaan, dalam ekonomi islam dikatakan bahwa moral memiliki peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat. Jika banyak para ekonom konvensional terinspirasi oleh para fisikawan-fisikawan sekuler seperti Adam Smith yang terinspirasi oleh Newton, juga J.M Keynes yang terinspirasi oleh Albert Einstein. Tindakan mereka ini menunjukkan bahwa mereka yakin tidak ada perbedaan antara manusia dengan alam semesta bahkan makhluk hidup lainya. Padahal manusia dapat dikatakan manusia karena punya moral, jika moral ini menjadi acuan dalam membangun sistem di dunia ini, maka kesejahteraan akan tercapai.

Selain keberadaan moral, dalam ekonomi islam terdapat integrasi antara ajaran-ajaran agama, dengan pasar, rumah tangga, masyarakat, dan pemerintah. Konsep seperti ini menunjukkan masyarakat yang beradab dan memiiki spiritual tinggi yang mengaplikasikan ajaran tuhan terhadap kehidupan bermasyarakat. Sehingga menjadi masyarakat yang memimpin dan dipimpin. Masyarakat memimpin dunia sebagai khalifah, selain itu dipimpin oleh ajaran agama yang menjadi kaidah hidup bermasyarakat.

Karena masyarakat mampu mengintegrasikan antara ajaran agama dengan kehidupan sosial, maka sudah jelas tujuan utama masyarakat bukan sekedar memperoleh kebahagiaan dunia, tapi kebahagiaan di akhirat juga, seluruh apa yang dilakukan di dunia ditunjukan untuk memperoleh kehidupan diakhirat. Jadi manusia yang rasional dalam ekonomi islam bukanlah mereka yang menjadi budak self-interest, tapi mereka yang mampu menjadikan kehidupan akhirat menjadi tujuan utama.

Dalam ekonomi islam tidak akan terjadi jurang pemisah antara sektor finansial dengan sektor riil, sehingga tidak akan ada istilah buble economy. Selain itu spekulasi memiliki ruang yang sangat sempit dalam ekonomi islam. Sistem ekonomi ini mengutamakan uang untuk selalu disalurkan ke sektor riil, seperti pada masa umar bin khatab yang sebelum meninggal dunia hanya ada satu dinar tersisa di baitul mal, setiap uang yang berada di baitul mal harus segera dibagikan kepada yang berhak.

Konsep sharing dalam ekonomi islam adalah hal yang sangat luar biasa. Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi terbesar di dunia setelah Cina karena factor daya beli masyarakat (konsumsi) yang meningkat. Selain dari dana zakat yang meningkat dan lembaga zakat yang menjamur, BLSM yang diberikan kepada masyarakat miskin mengakibatkan multiplier effect yang luar biasa. uang yang diterima warga miskin dari BLSM dan zakat tersebut itu disalurkan kepada anak-anaknya, dibelanjakan kepada tetangganya, setelah itu dibelanjakan kembali dan seterusnya.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa ekonomi islam mampu menjadi pengganti sistem ekonomi konvensional yang sekarang ini menjadi prevailing system tapi penuh dengan kegagalan.